Selasa, 26 Februari 2013

SEKUMPULAN SAJAK 10 Cinta Coklat

               Sekumpulan sajak

                       10  Cinta Coklat



CINTA COKLAT   1

Begitu dalam jurang
Bahkan tak ada setangkai mawarpun yang tumbuh
Aku menanamnya ...kusirami dan kubuahi
Tetap bunga  pucat pasi yang bersemi

Masih dalamkah jurangmu
Buat mengubur : rindu........, cinta......, dubur......,tai coklat
Dan tetek bengek comberan cinta kepalsuan




CINTA COKLAT   2

Masih terpaku
Diam seribu kata
Aku bertanya : kau tunggu siapa........?
Di stasiun semua gerbong telah kosong
Di pelabuhan hanya perahu  renta yang bersandar

Di langit manakah kau peluk cintamu
Sedang Tuhan  tak pernah kau cumbu





Cinta Coklat      - 3

Sudah habis malam
Kucumbui penuh nafsu
Birahi terbakar......
Bantal guling kasur disini
Basah  belepotan mani
Habis  pelampiasan
Hingga hilang tak ada lagi kepuasan

Sperma telah membatu
Dan onani tak lagi ber-arti
Hingga cinta tak punya arti




Cinta Coklat  -4

biarlah kau pergi
sebab kedatangan  tak pernah kusangka
yang datang kelak kembali

biarlah sendiri
sebab sepi sudah menggelayuti
mengejang nyali

biarlah kembali
biarlah pergi
kelak kita bertemu di kubur sepi.

                    Nov. 2008.




CINTA COKLAT    5

di kebisuan batu-batu
di kebekuan udara  malam
ada kehidupan : getar  denyut nadi
mengapung di selokan
mengalir bersama daun coklat....
cinta coklat,
dan bau tak sedap
di manakah  semua kelak bermuara
       ke langit tak beralamat
  Aku membisu
  sebeku batu !
                    Nov. 2008.

Cinta Coklat  -6

Malam ini tak ada kopi
Tak ada bir tak ada bicara
Tak ada tawa
Tak ada cium dan yang lain

Diantara kita  saling memandang
Mungkin dari sorot mata yang memancar
Akan terkenang masa-masa
Dimana kita akan merasa kehilangan
                Nov. 2008.









CINTA COKLAT   7

tatapanmu meluluh lantakkan
besi beton hatiku
menancap tajam, menghunjam
kau bawa terbang mengangkasa
merengkuh semesta
yang tak mungkin terengkuh

oh Tuhan.....
cinta ini telah tersesat  ke belantara hitam
tumbuh liar di semaknya pepohonan
mengakar, menjalar
meranting, mendaun dan mekar.
                Nov. 2008.

CINTA COKLAT   8

Aku tak ingin. hanya bertatapan
setidaknya ada cerita kecil
buat teman tidur malam nanti.

sayangku, janganlah meragu
tidurlah, aku ingin kau  mendengkur
tergolek pulas telanjangi mimpi.

janganlah kau meronta
aku disampingmu. menjagamu. selimutimu.
mendekapmu dengan cerita hantu
agar kita sama merinding
lalu mendidih
disengat pengapian.
        Nov. 2008.



Cinta Coklat  -9

Engkau tumbuh subur
Menjalar- mengakar
Dalam ladang sukma-ku

Ada  juga semak onak duri
Yang diam-diam meradang

Sayang..... dimanakah harus kucari
Pelabuhan bersandar
Sementara hasil ladangku
Tumbuh aneka rupa
Buah cinta : ada yang hitam, merah
Kuning dan ada pula yang ke-coklat-an.




CINTAKU TELAH TAJAM
(CC   10)

Ku pertajam pisau ku asah keberanian
Kepertaruhkan kemaluan
Kurindukan tusukan tusukan
Buatmu kuyakinkan
Ku asah pisau kuasah keberanian
Cintaku telah tajam menelancap sangat dalam

Basuhlah.... basuhlah
Jangan biarkan karatan.

                Nov. 2008



CINTA  DI CERMIN
:buat ibu

Hanyalah di cermin
Yang bisa berbagi pandang
Yang bisa bicara jujur
Memaknai makna seribu makna
Yang sembunyi di wajah besi

Hanyalah di cermin
Tempat kepalsuan berkaca
Lupa diri sendiri pada siapa harus bertanya

Ibu ...
aku masih ingin terus berkaca
mengingat  ketika dulu kau timang-timang
kau nina bobok kan
bermain payudara  di ranjang sampai malam

ibu.... aku bertanya
kenapa di cermin kulihat
kau di ranjang bulat telanjang
merajut benang  sorga di bawah tapak kakimu

                Nov. 2008











SAJAK DI BALIK PISAU

Pisau bukan hanya di dapur
pisau di balik kasur : mengusik tidur

seperti Hawa tercipta
saperti Adam tergoda

pisau di bibir perempuan penjual cinta

lalu untuk siapa
pisau di dapur,  pisau di celana
pisau di tempat tidur
pisau di ranjang. pencabut nyawa

Dan kau
Pisau di leherku kini
telah berlumuran darah
sehabis memotong apel di taman eden

pisau, izinkanlah
jangan dulu cabut nyawaku
aku masih ingin bercumbu dengan mu.
                1992-2008.












MADONNA

Kutuang segelas
dalam botol madonna setengah telanjang

ku tenggak bergelas gelas
dalam botol madonna bulat  telanjang

ku pecah botol bergelas gelas
pecahnya  darah luka
mengalir di tenggorok  memborok
bau busuk  menebar kemana mana
: di mulutku, di mataku, di telingaku
 di semua panca inderaku.
kutenggak semua botol dan gelas
:ada sepenggal doa  tersisa
 membaur  dalam botol dan gelas
 bersama tulang pecah. Jiwa pecah. Amin.
                    1992- 2008.
MENANTI KEMATIAN

Hari demi hariku
Berburu. Berlari
Di kejar hantu tik tok jam

di jantungku berdenyut
angka demi angka. Tanggal demi tanggal
melewati fitrahMu. melewati batas nadirMu
: dosa berkubang
 inilah hari terhitam
 rindu  dalam penantian panjang
 rindu menuju-Mu
            1992- 2008.



INTERVAL KEMATIAN

Ku tahu jarak begitu bening tipis
Tak pernah ada letusan letusan

Garis-garis terpisah
Membujur malang  melintang
Kau kah diantara yang terbentang.....

 Jerit  tangis  pusara batu nisan
 Di tanah basah. Sudah melumut
 Mungkin itu akhir perjumpaan.
                     1992-2008.
MINGGU SUATU PAGI

Aku jadi lupa
tujuanku datang padamu

bibir sudah bergincu
berdasi bersepatu pula
Sudah semua disalibkan
mau bicara apa
tanpa ayah  sehari terasa amat lama

: ceritamu dulu tentang burung hantu
yang kau dongengkan tiap malam
sudah lama ku lupakan
kini aku merindukan mu

Bapa.....
Pagi ini aku melihat mu
jadi pengemis tua.memanggul palang kayu
sedangkan aku bermesraan
dengan pacar baruku.
            Nov. 2008   

KIBLATKU

Sembayangku asal saja
entah kemana arah kiblatnya

atau dikebisuan dinding kamar
di jendela dan di sudut lorong waktu
atau di bawah kolong tidur
tempat biasa aku dan nyonya
beranak pinak setiap malam
ataukah di suara- suara serak
jeritan tangis pelacur.
atau pada dentang lonceng gereja
gema adzan mesjid.

entah kemanaarah kiblatku
padamu  ya Rob terus menerus
aku mencari kiblatmu
sejauh sepanjang butir butir zikirmu

            Nov. 2008















KURBAN PEMBAKARAN


Kalau kau mau
Makan dan minumlah dari tulangku
Yang telah lebur dalam semangkok bubur

Boleh juga kau bawa teman
Minum dan mabok dari darahku
Yang mengalir kental hingga ke sumsum dan iga

Pesta pora ini baru saja di mulai
Masih ada purnama malam lain
Kau boleh nikmati kulit dan dagingku
Yang lezat jiwa yang tersayat

hingga tak ada lagi perih
air dan darah sudah di tumpahkan
jiwa telah disalibkan
buah cinta sudah teronggok di pembakaran

Apa lagi ....sayang..
Apa kau dan aku masih mau terpaku
Sampai darah dan sum sum membeku

                Nov. 2008










TENTANG SAJAK GIZI BURUK
                                           : hanya kepada Tuhanku


Rumah- rumah kardus
membungkus tulang-tulang kelaparan
membeku dingin tersapu bau busuk udara
dan dekil onggokan  sampah comberan tinja

Aku sudah tak lagi bisa
mata menatapmu mengejang
tinggal kulit dan tulang belulang
memeras getir  payudara bunda
yang hampa tak setetespun dihisap

Semalam engkau masih meradang
melengking tangis di suara dering handphone
yang berlalu saja sebab suara jeritanmu
tak terbaca di memori hp nya

bunda.......
aku tak kuat lagi......
bergelayutan di pundakmu

: sebaiknya aku mati saja!

            Nov. 2008









KEMBALI


Sebulan kami berpencar
Mengarungi mimpi sendiri-sendiri
Bukan ingin  memecah ombak di matamu
Kau sendiri Cuma melukis warna yang lain

Sudah sebulan berpencar
Sudah sekian purnama malam
 lukisan bunga itu belum rampung juga
warna warna yang selaras belum mau menyatu
masih coreng moreng di kanvas yang pudar

aku ingin menyapa dalam kelembutan warna
meski di kanvas  sekuntum mawar yang belum jadi itu merona merah
    : jadi luka meradang menganga
kurasakan api kecil berkobar menyala di matamu

sudah sekian malam kita terjebak di kegelapan
nyatanya kita seperti anak-anak kecil kehilangan boneka
tak ada lagi yang bisa dibelai disayang
sedangkan malam tambah panjang tanpa selimut dan pelukkan
    : baiklah apa boleh aku
     bergelayut lagi di lehermu.........

                Nov. 2008









PENANTIAN

Sudah lama menanti
Di meja pembaringan terbuka
Kau sajikan semangkok keranda
Asing dan tak kenal cinta lagi

Ros di vas bunga yang berdiri kaku
Cuma sebatang jiwa yang tembaga
Mengembara jasad liar ular
Di padang mayapada lembah angkara
Mimpi mimpi tercekik racun berbisa

Telagamulah rumahku
Tempat membuta meronta meluka
Di kegelapan jasad sempurna
Membiru rindu
rohMu
cinta di gelas kopi membeku

            Nov. 2008















POHON JAMBU   1

Pada masa kecilku
pohon jambu ibu terasa tinggi sekali
buahnya lebat-lebat
aku tak bisa memetiknya
Tapi sekarang setelah aku dewasa
aku bisa memetik buah jambu semaunya
ada yang merah muda dan merah tua
terasa lezat. Sekarang aku mengecapnya
bersama isteri tercinta.
                1992-2008.

POHON JAMBU    2

Buah jambu di depan halaman rumahku
bapakku dulu yang suka menanam
ibuku yang setia merawat
(memang sudah kodrat)
menyiram dan membesarkan
bapakku yang terus menanam dan terus membuahi
hingga suatu saat sejarah
buah jambu harus dipetik dari gantungan
dionggokkan dalam keranjang. Disitulah aku
bermukim diantara jambu jambu yang busuk
: menanti pembakaran.

                    1992-2008








CATATAN MUSIM HUJAN   1

Hanya sebuah gerimis
membasahi baju dan celana
dinginya menembus rongga jiwa

aku teringat masa kecilku
bermain hujan telanjang dada.
Terasa nikmat sampai aku terlupa makan malam
lupa berdoa. Bermain hujan begitu rupa
hangatnya merasuk sukma

Hujan ini hanyalah sebuah gerimis
saat aku bukan kanak kanak lagi
dimana aku telah mengenal
arti kehangatan sebenarnya
kehangatan yang tak bisa tergantikan
meski di luar hujan anak anak bermain kecipak air
sampai lupa pulang, lupa berzikir.
                    1992-2008


CATATAN MUSIM HUJAN    2

Hujan masih berbunyi
memecah  sepi
hujan lalu berhenti.  berganti ganti
seperti hidup meniti hari
kadang datang   kadang tiba-tiba pergi
lalu hidup  lalu  mati silih berganti

                    1992-2008




NYANYIAN KUTILANG

Kutilangku di sangkar terkungkung
kutilangku tiap hari kurawat kuberi makan
kubesarkan kuajari terbang

kini kutilangku  lepas terbang dalam hatiku
Sepanjang hari berkicauan merdu
                    1992-2008



JALAN PULANG       1

Tunduklah sayang lihat ke bawah jurang
jalan pulang disini berkerikil berlobang-lobang
bergandengan saja belumlah cukup
melewati jalanan setapak ini

Jalanan masih terus mendaki
masih banyak jurang masih banyak lobang
terkadang bahkan kita kehilangan pegangan

sayang....jalan pulang ini
terkadang membingungkan
tapi kita mesti terus tabah mendaki.
                    1992-2008









JALAN PULANG    2

Kereta mertapun berderap derap
berbenturan  antara satu gerbong dan gerbong lain

blanggg!!!keretapun berguncang. Suara benturan gerbong
telah melemparkan satu penumpang ke dunia lain

lalu di luar kaca jendela kereta kupandang
jalan pulangku ke sorga
jadi bentangan baja yang panjang.
                1992-2008

BALADA SINETRON  SATU BABAK
                : sad ending

Di atas panggung sandiwara
Adegan baru saja di mulai
Lakon masih berganti pakaian. Masih belum apa apa
Alur ceritapun belum dimasak dimatang
Sang lakon belum ereksi
Dan puncak permainanpun belum dituntaskan

Di atas panggung hari hari
sandiwara baru babak pertama
semua tokoh dalam cerita berpesta pora
orgasme belum merata
dan kenikmatan belum tersalurkan
belum cukup santapan buah lezat
   
 : Mengapa di ”CUT”
     wahai Sang Sutradara.
    ( sandiwarapun tamat di pembaringan !!!).

                        Nov. 2008.

PUISI PUISI ETNIS   

LELAYARAN ING KALI CILIK

saibo adohe
kaliku mili dadi segara
sadina dinane
tansah ing kali iki
aku dolanan perahu dluwang
kang wis adoh lelayaran
saka tuk kali kang reged

saibo adohe
perahuku lelayaran
sadurunge cagak-cagak layar putung
saka kadohan, segara kang kobong
perahuku bali menyang tuk ing kali
    : momot rembulan.
        ########
TERJEMAHAN
PELAYARAN DI SUNGAI

berapa  jauhnya
sungaiku mengalir jadi lautan
sehari hari
selalu di sungai ini
aku bermain perahu kertas
yang telah jauh berlayar
dari muara sungai yang keruh
......................
berapa jauhnya
perahuku berlayar
sebelum tiang tiang layar patah
dari jauhan lautan terbakar
sebelum sampai
perahuku kembali ke muara sungai
    : memuat rembulan.
        ######



NJABA KAMAR BERSALIN

obongen  dupa
tipasana genine
panganen daging lan mantra lan bir
    : ana kang wis kesajen
      ndhuwur kasur
      getih lan jerit jabang bayi abang
ing njaba mbulan nglangi
nglanglang adoh
ing sawijineng pucuk langit.
        ######


TERJEMAHAN
DI LUAR KAMAR BERSALIN

bakarlah dupa
kipas kipas apinya
makanlah daging dan mantra dan bir
    : ada yang telah tersaji
      di atas kasur
      darah, jeritan bayi memerah
...............
diluar kamar bulan berlayar
melanglang jauh
di pucuk pucuk kesunyian langit.
        #######














MEDITASI

unthuk samodra muncrat
sawijineng pulo
nyasar ing impenku
    banjur karo merem melek
    perahu tak dayung
    aku tangi saka turunku
unthuk samodra
ora bakal muncrat maneh
    ######


TERJEMAHAN

buih  samudra memuncrat

sebuah pulau
terhampar dalam mimpiku
    lalu sambil terpejam
    kudayung perahu
    aku bangun dari tidurku
buih samudra
tak akan lagi menciprat

    ######
















CERITANE WONG MABUK

ayo  mabuk karo aku
nyawang lintang lintang kemelip
opo kowe uga ngingetke
kunang kunang nguntal bir
saka botol iki

ayo mabuk karo aku
nyawang surga lan neraka
opo kowe ugo ngingetke
kemelip kunang kelip kelip , padhang.
        #####

TERJEMAHAN
CERITA SEORANG PEMABUK

mari  mabuk denganku
memandang bintang bintang berkelip
apakah kau juga memandang
kunang kunang menenggak bir
dari botol ini

mari mabuk denganku
memandang surga dan neraka
apakah kau juga memandang
cahaya kunang  saling berkelipan.

    ######


GEGURITAN PADHANG TANDUS

benthukan ombak : (adhem)
    lemah garing nggambarake tangis
    lempung ing tngan kandel
ya ombakku ombak
yen kowe banjir ing kene
aku pasrah karo kowe
    #####


TERJEMAHAN
SAJAK PADANG TANDUS

benturan ombak : (dingin)
    tanah kering melukiskan tangis
    lumpur di tangan membeku

ya ombakku ombak
bila kau banjir disini
aku berserah
pasrah padamu.
######

SANG DUMADI

yen  aku mati
langi abang getih
    : aku ndonga
      aja digambar warna langit
      karo mangsi ireng
yen Gusti mati
laut gembleger, ombak ngamuk
    : aku ndonga, Gusti sepuranen aku.
        ########

TERJEMAHAN
SANG PENCIPTA

kalau ku mati
langit, darah merah hati
    : aku mendoa
      jangan di lukis warna langit
      dengan tinta hitam

kalau Tuhan mati
gemuruh laut, gemuruh ombak
tek henti henti
    : aku mendoa
      ampunilah.

        ####

JALAN PULANG

bosen  ombak
ora tekan tekan
nguncalke kapal ing swarga
    katur cagak layar
angin takon
        : geneya ora melu aku
cagak layar tugel
: wangsulane
    angin ora nduwe daya
        ####

TERJEMAHAN
JALAN PULANG

bosan ombak
tak sampai sampai
melempar kapal ke sorga

pada tiang layar
angin bertanya
    : apa tak kau ikut gemuruhku
tiang tiang layar patah
angin tak lagi
mengirim kabar dari sorga.

     #####














WISIK OMBAK ING PESISIR SEPI

gembleger ombak
isih tresno lungguh
ngenteni pinggir segara
    : ing pinggir layar suwek
      lan watu karang mili getih
      perahu kang pecah
lan srengenge
sedhela maneh nggelar layar peteng
segara rob
layar ngembang.
    ###


TERJEMAHAN
BISIK OMBAK DI PANTAI SEPI

gemuruh  ombak
masih setia duduk
menunggu di tepi pantai
    : di tepi pantai layar robek
      dan batu karang mengalir darah
      perahu pecah
dan mataharipun
sesaat tersabut layar gelap
lautan tenang
layarpun mengembang

    #####












FATAMORGANA

matahari  masih sembunyi
tersangkut di tenggorok
menggelinjang gelisah
di air liurku yang tersedak sedak

dan kutelan lembahmu
diantara bulan yang terbaring
sambil terbata ku kecupnya wewangian
kureguk gerimis, harum haruman dupa
kuhisap udara kujelajahi rimba hutan

inikah fatamorgana
    : sejak bulanmu mengembara
      bermain hujan di kecipak air
dan aku terus terlelap
dininabobo kan gerimis
dalam dekapan.
   
        Nov. 2008

















SKETSA DRAMA CATUR  3 BABAK

    I. (Babak pembukaan)

-    dua langkah pion melenggang
pada petak  e5 melawan gambit evans
-    hati sang ayahpun gundah gulana
hidupnya terancam kezaliman
    hendak digalinya pintu tobat sendirian

    II. (Babak tengah)

-    dan pion pion berbaris berbanjar
dirakitnya perahu
nyanyikan puisi genderang perang
-    dihunusnya keraguan
sudah saatnya mati hidup dipertaruhkan
-    langkahpun  terseok sepetak demi sepetak
meski terjal mendaki
tetap saja hidup ibarat bermain catur dalam  kegelapan

        III. (Babak akhir)

-    dan malampun merayapi gelap
langkah demi langkah bidakpun tersendat
-    masih saja ada petak kosong yang tersisa
tapi adalah hidangan racun
atau termakan buah  blunder
-    dan setiap jengkal tanah yang dipertahankan
adalah tempat segalanya kelak bermuara
-    entah pada langkah keberapa berakhir
skak mat : tak ada yang tahu kapan
          
      Tak ada lagi langkah pilihan
      Kecuali langkah tobat ! sendirian.
                Nov. 2008   
Ket.
Gambit evans: Pembukaan catur buah putih di petak e4 dan disusul dengan mengorbankan pion di f4.
Blunder : kesalahan besar/fatal  dalam melangkah  dan akibatnya fatal pula.   
Skak Mat: Posisi raja kena skak dan tidak bisa melangkah/menghindar/bergerak.
ODE UNTUK IBU


sebutir air matamu menggenang
mengalir dan meluap di pelupuk mata
pada musim hujan saat senja
membasahi di seribu keriput wajahmu.
dan setiap senti kerutan yang tergores
telah terbaring sekuntum edelweis
tanda betapa luas lautan kasihmu.

sebutir air matamu menggenang
seperti sungai terus mengalir
melewati batas lembah, ngarai, gunung dan pebukitan.
pelayaran  itu telah kau arungi  separuh kaki langit
hingga habislah arah angin
tak ada lagi tempat menuju muara

sebuitir air matamu menggenang
membanjiri di atas pembaringan
di ranjang tidur tempat dulu
setelah sembilan bulan
tubuh dan darahku
ditumpahkan.
        Nov. 2008












AKULAH  DOMBA

akulah  domba di padang tandus
tersesat jutaan kilo cahaya dari kehidupan
terlepas dari kawanan. Gembalaku telah hilang

tiap hari aku bernyanyi dan bersajak
dengan bahasa domba kulantunkan zikir
bait bait suci, ayat demi ayat. setelah sekian lama diam bertafakur
syair syairku bermekaran di kelopak mawar
hingga aku lupa kalau aku ini domba
bahkan aku lupa kalau aku pernah tersesat

sungguh dulu aku ini domba
sejauh ini masih domba
tapi dalam satu kawanan
satu gembala.
        Nov. 2008


HARI AKHIR

matahari di langit
bertebaran dimana mana
panasnya ribuan kilowatt meleleh
di tungku dalam ruang waktu.

    sampai  juga waktu
    pada setiap lembar almanak yang dirobek
    buat membasuh keringat. membasuh peluh
    saat tahu, di tong sampah
    jiwa telah terpanggang maut.
                    Nov. 2008.



KUPU KUPU DIMUSIM HUJAN


setelah gemuruh hujan jatuh
airnya mengaliri pori pori
diam diam angin menghapus jejak hujan
sesaat ketika kau rebah
lalu deru nafasku terengah engah
mendengkur dalam  dagingmu.
   
 :tak sempat aku berterimakasih
semoga hujan yang tiap malam mengguyurmu
kelak akan menghapus jejak kelam
dan menjaring matahari
dari setiap laki laki
yang mendayung sampan
ke lautmu.
            Nov. 2008

STASIUN SEPUR SUMOBITO

satu sepur melaju ke utara
menghalau keraguanku
tentang jarak. Stasiun terakhir
di bentangan rel besi beton
yang diam diam menebarkan aroma
bau anyir. Bunga bangkai

kau atau akukah
yang berdiri di atas gerbong itu
setelah satu satu penumpang berhamburan
terlempar. Peluitpun terdengar
sampai  peron. Sepur bergerak perlahan
:kau atau akukah
 yang  berangkat itu.........
            Nov. 2008

PERJALANAN
DI LOURDES


sesekali pernah  kulalui jalan aneh
membekas di persimpangan  sebuah  tragedi.
    : derap sepatu serdadu,
      ratap kertak gigi,
      lecutan cambuk besi,sumpah makian
      nyanyian  perih daging robek,
      paku yang menancap dalam ingatan,
      rasa haus pada kematian,
     lambung  yang  jebol
         di tembus bayonet
         serta air dan darah mancur di pesta perjamuan.
       
   
ingin selalu kulalui jalan aneh ini
memunguti jejak luka.
yang bersimbah  peluh busuk  jemari pengemis
membilur  pada batang batang  pinus di tepinya
tegak  berdiri menatap angkuh para peziarah.

Lihatlah, butiran zikir mereka gelintirkan
Mengenyangkan perut pengemis dengan  sebungkus  ayat suci
(bukan sebungkus nasi)

di  jalan aneh itu
para penziarah berduyun-duyun
berangkat ke pangapian
untuk dikremasi
di puncak  golgota.


                    Nov. 2008.






MATAHARI
DI SELIMUT PAGI


bukalah jendelamu, sayang
ku bawakan sebongkah matahari padamu

inilah cahaya terpanas
yang pernah kusiramkan
biar kebekuan cepat meleleh
lumer dalam satu hasrat

bersidekap.bersitatap.bersesukma.bersebadan
dan matahari bertelur di ruang rahimmu. bersarang.beranak pinak.
                Nov. 2008.

CINTA
DI SEGELAS AIR PUTIH


kau sedu segelas air putih
tersaji hangatnya dalam senyuman

aku tak bertanya
: ”kapan terakhir kau buatkan secangkir kopi,
  atau kenapa sekarang cuma tersaji air putih..?”

bagiku putih atau hitam
hanyalah soal warna,
hanyalah sepenggal rasa
dari sudut mana jiwa  memandang
    yang kuminta darimu hanyalah
          seikat setia, seia sekata, sewarna  senada
    jika tak merah, tak hijau,
          tak mengapa putih
        : tapi aku sangsi
          segelas airmu  berasa asin dan keruh sekali.
                            Nov. 2008.


SECANGKIR KOPI


istriku secangkir kopi
mengepulkan kehangatan
melepas lelahku
pada wangi tubuhnya
    tersaji bersama sebait rindu
    di selimut malam. ku hirup kehidupan
    jiwapun mengental
    menetes diantara tumpahan kopi
   
   

                    Nov. 2008.


EPISODE HARI

Setelah malam
Mentari pagi menghampiri
    Kusambut dan kusebut
    Pada sepenuh  sujud

Seperti hari hari yang lalu
Gerimis tipis hujan silih berganti
Setelah pagi
Malam menghantui
    Pada musim berganti musim
    Di tanah yang basah esok pagi
    Sepucuk daun berbaring
    Tertimbun wangi kesturi.
   
        Nov. 2008.



PARU PARU KOTA

Lalu lalang bis kota
tumpah meruah
mengubah arah fikirku
pada keraguan untuk pulang

kerna deru debu kota disini
jamur babi merangsek diselangkangan jalan
tak lagi menina bobokkan
tidurku di bangku besi berlumut berbau kencing

jejak burung-burung itupun
punah terlindas traktor jepang
tempat berdiri beton baja mesjid, gereja
serta gedung-gedung kaca angkuh sombongnya

kekasihku sayang
aku sedang tertatih menyusuri lorong
memunguti karbondioksida
yang mengambang di sungai tembaga

bila kau tak pulang
izinkan aku , sayang
kembali padamu, untuk menghirup
udara bersihmu.
        Nov. 2008.









TAK KUKENAL DERINGMU

hallo, cyang..
ini nomor hp ku yang baru
yang lama sudah diluar jangkauan jejakmu

simpanlah nomorku tanpa nama
biarlah casingku orisinil buatmu
di dalamnya tuhan tersimpan
tersembunyi tanpa nomor tanpa dering

aku tahu jantungmu  mulai terusik
kulihat dari deringmu yang meninggi
setelah nomor rahasia itu  memanggil
    ” hallo, cyang...
    aku sembunyi diantara
    deringmu yang lain.”
                     Des.2008

 tuhan itu menggairahkan

kutelanjangi jubahmu
untuk mencari yang tersembunyi
pada setiap titik
disetiap jengkal organ tubuhmu

aku menyelinap diantara selangkang
kusetubuhi daging merahmu
hingga berhenti pada satu titik
di puncak kepuasan pada sebait puisi
yang sembunyi digerai rambutmu yang menjuntai
    : ”tuhan, engkau sungguh menggairahkan
      membuatku penasaran.....”
                    Des. 2008.

 SAJAK KEPADA  R.Y

aku meregang kau meregang
di udara awan mengabut ungu
seekor burung mulutnya terkunci
terlempar dari rahim waktu
nun jauh ke firdaus dahulu.

di kabut udara yang lain
firdausmu sudah tak berkicau, tak bersayap
tak merindukan pucuk pucuk ranting
tak merindukan gelembung cahaya bulan
tak merindukan sayup sayup cengkerik malam
tak merindukan suara tak merindukan terbang
sejak kicaumu sudah  tak berkicau
sejak sayapmu sudah tak bersayap

:tapi terbang tanpa sayap denganku
 terasa lebih melayang layang.
                    Des. 08.















JANGAN NYALAKAN LAMPUMU
NANTI LARON LARON MENGERUBUNGNYA

cintaku. Jangan nyalakan lampumu
nanti laron laron mengerubungnya
jangan buka gorden jendelamu
nanti anak anak kecil masuk di celah jendela
memetik buah di meja makan semaunya
memetik mimpi kita, memetik cinta kita
cintaku. Jangan juga hidupkan tape recordermu
nanti aku tak tahan memutar musiknya
biarlah disini berdiri bayang bayang saja
yang terbias dari setitik cahaya liar
aku ingin menyapamu dalam sunyi
    : seperti kunang kunang
aku ingin merabamu tanpa lampu
    : seperti kelelawar
aku ingin mencairkan tubuhmu
    : seperti es krim
aku ingin membelah tubuhmu
    : seperti buah semangka
aku ingin memecah ombakmu
    : seperti kapal
aku ingin merasakan denyut nadimu
    : seperti tiktok jam
aku ingin mematukmu
    : seperti ular
aku ingin berenang
    : seperti ikan
aku ingin makan tubuhmu aku ingin minum darahmu
    : seperti sabda tuhan
cintaku. Jangan nyalakan lampumu
nanti laron laron mengerubungnya
sudah cukup bagiku hanya meraba
seperti pada masa kecilku bermain radio di puting ibu

sudah cukup bagiku hanya membau
seperti bau daging ayam yang pernah dimasak ibu
sudah cukup bagiku terbuai cukup lama
seperti dulu aku terlelap di gendongan ibu
oh, ibu
kenapa dulu aku suka susumu
kenapa dulu aku sering tidur di susumu
kenapa dulu aku suka ditimang timangmu
sekarang aku sudah jadi ikan, bu
aku ingin berenang renang
aku sudah jadi kapal
aku ingin memecah ombak
aku sudah jadi pisau
untuk membelah semangka
aku ingin eskrim, aku ingin semangka, aku ingin tiktok jam,
aku ingin tubuh aku ingin darah
tapi aku tak ingin kau nyalakan lampu
nanti laron laron mengerubungnya
nanti aku terkutuk
jadi batu, ibu...
               
 Pondok Wisata
                19 Desember 2008.